Jakarta, www.jalanpikir.com – Banyak ilmuan meriset tentang tantrum, bagaimana penanganannya, kapan kita harus waspada, apa saja pemicunya, sampai kapan kita bisa menormalisasi tantrum, dan banyak lainnya.
Mengutip dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, tantrum secara umum merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh seorang anak untuk keluar dari kondisi ketidaknyamanannya (deprivasi).
Biasanya mereka mengekspresikan kemarahan dengan tidur di lantai, meronta-ronta, berteriak dan biasanya menahan napas.
Masalah perilaku ini umum anak-anak alami saat prasekolah, bersifat alamiah, terutama pada anak yang belum bisa menggunakan kata dalam mengungkapkan rasa frustrasi mereka. Tantrum normal pada anak berusia 15 bulan sampai 6 tahun.
Pada bahasan kali ini, bersumber informasi dari praktisi neuroparenting skill dan juga ketua Asosiasi rehabilitasi sosial narkoba Indonesia, dr. Aisyah Dahlan, kita akan membahas cara menyembuhkan tantrum anak dengan memenuhi lima baterai kasih sayang pada anak.
Pahami Lima Baterai Kasih Sayang
Dalam podcast Mom’s Corner bersama Nikita Willy, dr. Aisyah menjabarkan alasan anak tantrum salah satunya ialah karena dia belum bisa memaparkan keinginannya secara jelas.
“Teori kenapa seseorang anak jadi tantrum tadi salah satunya adalah bahwa dia ingin mengungkapkan sesuatu, tapi belum jelas karena giginya belum lagi lengkap, lidahnya masih kaku, kosakatanya masih sedikit dan sebagainya,” ujarnya.
Selain itu, teori tambahannya menurut dr Aisyah adalah, anak tersebut tidak terisi penuh baterai kasih sayangnya secara analogi. “Anak itu ada lima baterainya, kita dengar dengan konsep love language, atau bahasa kasih sayang,” terangnya.
Diketahui, anak di bawah satu tahun harus terisi penuh lima baterai kasih sayangnya setiap hari. Di antaranya:
- Words of Affirmation (Pujian), seperti memuji anak cantik, ganteng, baik, tenang, mengapresiasi bahwa dirinya hebat, bijaksana, kuat, pandai, dan sebagainya.
- Physical Touch (Sentuhan Fisik), seperti memeluk, mencium, membelai, menggandeng, merangkul, dan sebagainya.
- Quality Time (Menghabiskan Waktu Bersama), seperti menemani bermain, mendengarkan ceritanya, membacakan buku yang anak suka, bercanda bersama, dan seterusnya.
- Acts of Service (Mendapatkan Bantuan), seperti bantu memandikan, menyisiri rambut anak, membantu anak saat bermain, merapikan tempat tidurnya, memberikan suatu bantuan yang membuat anak lebih nyaman, dan seterusnya.
- Receiving Gifts (Memperoleh Hadiah), seperti memberikannya susu, makanan yang dia suka dengan kalimat “Bunda/Ayah buatkan spesial untuk kaka/adik,”. Tidak harus selalu baru yang mahal, hal sederhana juga anak sudah bahagia.
Sembuhkan Tantrum Anak
Adapun saat anak tantrum, dr Aisyah juga menjabarkan bahwasanya bisa saja saat itu anak menunjukan tanda kekurangan salah satu baterai kasih sayangnya, misalnya sebagai berikut:
- Teriak, membentak, berarti dia membutuhkan baterai kasih sayang berupa pujian.
- Memukul, mencubit orang lain, berarti dia membutuhkan baterai kasih sayang berupa sentuhan.
- Pelit banget, berarti dia membutuhkan baterai kasih sayang berupa pemberian hadiah.
- Kasar pada orang lain atau bahkan orangtuanya, berarti dia membutuhkan baterai kasih sayang berupa pelayanan dan quality time.
- Tantrum hingga menyakiti diri seperti membenturkan kepala ke tembok, berarti dia membutuhkan kelima baterai kasih sayangnya.
“Sehingga anak-anak ini karena baterainya cukup ya dia menjadi anak yang patuh. Bunda minta tolong habis minum gelas taruh di meja, dia akan senang hati melaksanakannya karena baterai kasihnya cukup,” terang dr. Aisyah.
Adapun ketika anak sudah beranjak dewasa, kita hanya perlu memprioritaskan bahasa kasih sayang yang paling menonjol pada anak. “Di atas setahun kita cukup baterai pertama itu yang diperhatikan setiap hari. Sehingga baterai di dalam susunan fisika kalau baterai pertama diisi, baterai lain akan terisi oleh baterai pertama. Misalnya baterai pertama anak itu pujian, maka dia tiap hari harus dipuji walaupun kadang-kadang Ibu kan suka bingung kan ibu-ibu tuh apa yang mau dipuji tapi dia harus dipuji,” jelasnya.
dr. Aisyah juga menganjurkan orangtua untuk mendampingi anak dan memperkenalkan emosi ketika sedang tantrum. Misalnya,
“ya Kakak lagi sedih ya,”
“Kakak ingin Bunda temani, ya?”
“Kakak marah karena tidak Ayah temani, ya?”
Karena anak belum mengerti mengutarakan keinginan dan perasaannya. Kalimat-kalimat uraian emosi dari orangtua berguna bagi anak untuk belajar mengenal setiap emosi yang dia rasakan. Sehingga setelahnya saat dia rasakan hal yang sama, dia akan menjabarkan bahwa dia marah, sedih, kesal atau lainnya.